Tiupan angin malam ini membuat kaki ku seolah
melangkah sendiri menuju dapur kecil di rumah ku. Ya, secangkir kopi panas akan
sangat cocok dengan kondisi cuaca malam ini. Setelah itu aku duduk di teras
rumah ku, sambil merabahkan tangan kanan ke atas meja petak di samping ku. Ku
aduk kopi itu secara perlahan, membentuk garis lintasan seperti huruf ‘Z’.
ku coba meminum kopi
yang panas itu, tapi seperti nya kurang pas tanpa sebungkus biskuit susu yang
tadi siang ku beli di pasar. Ku langkahkan kembali kaki ku menuju kulkas yang
ada di dapur. Tanpa disangka, seketika listrik padam diikuti angin kencang yang
masuk melalui pentilasi rumah ku beserta suara-suara aneh dari belakang rumah.
Bulu kudu’ ku seketika
berdiri, pikiran ku melayang ntah kemana-mana. Tersentak, aku merasa ada sebuah
tangan yang memegang bahu kiri ku. Aku heran, karena tiada siapa-siapa di rumah
kontrakan ku ini selain aku. Seketika aku menatap kebelakang, ternyata seorang
wanita cantik berkulit putih dengan pakaian seperti pakaian era 70-an sedang
berdiri tegap tepat dio belakang ku. Sekeliling ku memang gelap, tapi seolah tubuh
nya mengeluarkan cahaya,sehingga aku dapat dengan jelas melihat nya. Ku
pandangi tubuh nya mulai dari ujung rambut nya. Ternyata, kaki nya tidak
menyentuh lantai rumah ku.
Dengan ketakutan yang
amat tinggi, aku melompat menjauh dari wanita itu. Ku lihat matanya yang hitam kecoklatan
basah berair. Dan kemudian dia mengeluarkan kata-kata yang samar ku dengar. Aku
bertanya, “maaf, anda berkata apa…?”, kemudian dia mengajak ku keruang tamu
rumah ku seolah dialah yang punya rumah. Kami berdua duduk di kursi merah yang
ada di ruangan itu. “bisakah kamu membantuku…?” katanya. Dengan sangat gugup
aku menjawab, “a,a,apa yang bisa saya bantu…?”. Kemudian dia bercerita panjang
lebar tentang diri nya yang ternyata adalah pemilik pertama rumah dan tanah
warisan yang saya kontrak sekarang ini. Dahulu, ketika dia masih hidup, dia
merupakan putri ketiga dari 5 bersaudara. Semua saudara nya perempuan, dan di
antara semua saudara nya itu kakak nya yang pertama adalah yang paling ia
sayangi. Hingga suatu hari ketika berumur 18 tahun, tepat nya tanggal 13
januari 1979 dia sakit keras. Sehingga ayah nya membawa dia ke rumah sakit yang
ada di kota terdekat.
Disana dia dirawat
selama 5 bulan, hingga hari-hari nya tidak lepas dari bau obat-abatan yang ada
di sana. “kata dokter, kamu mengidam penyakit leukemia ndah. Kamu harus di
rawat di sini”, kata ayah nya kepada wanita putih itu yang ternyata bernama
Indah.
Hanya sampai di sana
percakapan kami malam itu, dia tiba-tiba pergi dan menangis. Aku belum sempat
mengetahui, apa sebenar nya yang dia minta tolongi kepada ku.
∞∞∞
Keesokan hari nya,
suasana yang sama menemani ku di teras depan rumah kontrakan ku beserta kopi panas
di lengkapi dengan biskuit susu yang belum sempat kumakan semalam. Tiba-tiba,
listrik padam lagi. Aku terburu-buru lari ke dapur, siapa tau wanita yang tadi
malam datang lagi. Ya, tidak di ragukan lagi. Dia telah berdiri tepat di depan
pintu belakang rumah ku. Dia kembali mengajakku ke tempat dimana kemarin malam
dia bercerita kepada ku sampai jam 1 malam.
Dia pun kembali
bercerita panjang lebar kepada ku. Ternyata dia meninggal karena penyakit nya
itu, dan dia tidak bisa tenang karena masih ada satu perjanjian dengan kakak
nya yang pertama. Dia berjanji akan memberikan tanah warisan tempat kontrakan
ku sekarang kepada anak dari kakak nya itu. Dan ternyata, itu lah tujuan nya
dia meminta tolong kepada ku, untuk memberikan tanah itu kepada anak dari kakak
nya.
Sejenak aku bingung,
tanah ini kan bukan tanah ku. Aku tidak mungkin memberikan tanah ini kepada
anak kakak nya. Aku juga tidak punya uang untuk membeli nya. Dalam kebingungan
ku, tiba-tiba listrik pun hidup dan dia sudah tidak berada di depan ku lagi.
Aku bingung, bagai mana aku bisa memberikan tanah ini kepeda anak kakak wanita hantu
itu, sementara untuk membeli tanah untuk ku saja aku tidak mampu. Tiba-tiba aku
melihat kertas putih di atas meja bundar ku, ternyata itu adalah kertas alamat
anak kakak wanita itu.
Keesokan harinya aku
pergi kesana, dengan mengendarai sepeda motor Astrea tua ku. Sesampai nya di alamat yang di
kertas itu, “Dhani, ngapain kamu ke rumah ku? Ada masalah di PT…?” kata seorang
lelaki dari dalam rumah, yang ternyata adalah bos dimana tempat aku bekerja
selama 3 tahun ini. “inggak kok bos” kata ku. “ayo masuk dulu”. Aku pun masuk
ke rumah bos ku itu yang ternyata adalah orang yang dimaksud oleh wanita hantu
itu. Aku mengetahui nya setelah aku menceritakan semua kejadian yang telah
terjadi pada ku selama 2 malam ini.
Aku pun menyarankan
kepada bos ku itu untuk secepat nya membeli tanah tempat kontrakan ku itu agar
tante nya yang telah meninggal bisa tenang di alam sana.
Kemudian, keesokan hari
nya dia membeli tanah itu dan menyuruh ku untuk sementara tinggal di sana. Ya,
aku sebenar nya bingung karna aku harus mencari kontrakan baru lagi. Tapi biar
lah, inikan demi ketenangan bersama, benakku.
Malam pun tiba, aku tahu
wanita itu akan datang lagi. Aku pun menunggu nya lagi di teras rumah ditemani
kopi panas, tapi tanpa biskuit. Dan seperti biasa, listrik pun padam lagi. Aku
langsung duduk di ruang tengah rumah itu. Dia pun datang, dan berterima kasih
kepada ku dan meminta tolong lagi untuk mengembalikan arwah nya kembali ke
kuburan nya yang berada tidak jauh dari rumah kontrakan ku itu.
Aku pun berjalan di
belakang nya yang menuntun jalan ku menuju tempat pemakaman keluarga nya. Ya,
aku sedikit ngeri dengan suasana di pekuburan itu tapi aku masabodo. Aku
membawanya menuju kuburan dengan batu nisan yang sudah mulai kusam,seperti
sudah bertahun-tahun tidak di urusi.’Indah lestari binti khairuman’ begitu
tertulis di sana. Kemudian, tanpa sadar aku telah berada di ruang tengah rumah
kontrakan ku dengan akte tanah bertuliskan nama ku di atas meja bundar di depan
ku.
Jramadhani rizqieJ