Jumat, 01 Juni 2012

Dua malam mendapat rumah



Tiupan angin malam ini membuat kaki ku seolah melangkah sendiri menuju dapur kecil di rumah ku. Ya, secangkir kopi panas akan sangat cocok dengan kondisi cuaca malam ini. Setelah itu aku duduk di teras rumah ku, sambil merabahkan tangan kanan ke atas meja petak di samping ku. Ku aduk kopi itu secara perlahan, membentuk garis lintasan seperti huruf ‘Z’.
ku coba meminum kopi yang panas itu, tapi seperti nya kurang pas tanpa sebungkus biskuit susu yang tadi siang ku beli di pasar. Ku langkahkan kembali kaki ku menuju kulkas yang ada di dapur. Tanpa disangka, seketika listrik padam diikuti angin kencang yang masuk melalui pentilasi rumah ku beserta suara-suara aneh dari belakang rumah.
Bulu kudu’ ku seketika berdiri, pikiran ku melayang ntah kemana-mana. Tersentak, aku merasa ada sebuah tangan yang memegang bahu kiri ku. Aku heran, karena tiada siapa-siapa di rumah kontrakan ku ini selain aku. Seketika aku menatap kebelakang, ternyata seorang wanita cantik berkulit putih dengan pakaian seperti pakaian era 70-an sedang berdiri tegap tepat dio belakang ku. Sekeliling ku memang gelap, tapi seolah tubuh nya mengeluarkan cahaya,sehingga aku dapat dengan jelas melihat nya. Ku pandangi tubuh nya mulai dari ujung rambut nya. Ternyata, kaki nya tidak menyentuh lantai rumah ku.
Dengan ketakutan yang amat tinggi, aku melompat menjauh dari wanita itu. Ku lihat matanya yang hitam kecoklatan basah berair. Dan kemudian dia mengeluarkan kata-kata yang samar ku dengar. Aku bertanya, “maaf, anda berkata apa…?”, kemudian dia mengajak ku keruang tamu rumah ku seolah dialah yang punya rumah. Kami berdua duduk di kursi merah yang ada di ruangan itu. “bisakah kamu membantuku…?” katanya. Dengan sangat gugup aku menjawab, “a,a,apa yang bisa saya bantu…?”. Kemudian dia bercerita panjang lebar tentang diri nya yang ternyata adalah pemilik pertama rumah dan tanah warisan yang saya kontrak sekarang ini. Dahulu, ketika dia masih hidup, dia merupakan putri ketiga dari 5 bersaudara. Semua saudara nya perempuan, dan di antara semua saudara nya itu kakak nya yang pertama adalah yang paling ia sayangi. Hingga suatu hari ketika berumur 18 tahun, tepat nya tanggal 13 januari 1979 dia sakit keras. Sehingga ayah nya membawa dia ke rumah sakit yang ada di kota terdekat.
Disana dia dirawat selama 5 bulan, hingga hari-hari nya tidak lepas dari bau obat-abatan yang ada di sana. “kata dokter, kamu mengidam penyakit leukemia ndah. Kamu harus di rawat di sini”, kata ayah nya kepada wanita putih itu yang ternyata bernama Indah. 
Hanya sampai di sana percakapan kami malam itu, dia tiba-tiba pergi dan menangis. Aku belum sempat mengetahui, apa sebenar nya yang dia minta tolongi kepada ku.
∞∞∞
Keesokan hari nya, suasana yang sama menemani ku di teras depan rumah kontrakan ku beserta kopi panas di lengkapi dengan biskuit susu yang belum sempat kumakan semalam. Tiba-tiba, listrik padam lagi. Aku terburu-buru lari ke dapur, siapa tau wanita yang tadi malam datang lagi. Ya, tidak di ragukan lagi. Dia telah berdiri tepat di depan pintu belakang rumah ku. Dia kembali mengajakku ke tempat dimana kemarin malam dia bercerita kepada ku sampai jam 1 malam.
Dia pun kembali bercerita panjang lebar kepada ku. Ternyata dia meninggal karena penyakit nya itu, dan dia tidak bisa tenang karena masih ada satu perjanjian dengan kakak nya yang pertama. Dia berjanji akan memberikan tanah warisan tempat kontrakan ku sekarang kepada anak dari kakak nya itu. Dan ternyata, itu lah tujuan nya dia meminta tolong kepada ku, untuk memberikan tanah itu kepada anak dari kakak nya.
Sejenak aku bingung, tanah ini kan bukan tanah ku. Aku tidak mungkin memberikan tanah ini kepada anak kakak nya. Aku juga tidak punya uang untuk membeli nya. Dalam kebingungan ku, tiba-tiba listrik pun hidup dan dia sudah tidak berada di depan ku lagi. Aku bingung, bagai mana aku bisa memberikan tanah ini kepeda anak kakak wanita hantu itu, sementara untuk membeli tanah untuk ku saja aku tidak mampu. Tiba-tiba aku melihat kertas putih di atas meja bundar ku, ternyata itu adalah kertas alamat anak kakak wanita itu.
Keesokan harinya aku pergi kesana, dengan mengendarai sepeda motor  Astrea tua ku. Sesampai nya di alamat yang di kertas itu, “Dhani, ngapain kamu ke rumah ku? Ada masalah di PT…?” kata seorang lelaki dari dalam rumah, yang ternyata adalah bos dimana tempat aku bekerja selama 3 tahun ini. “inggak kok bos” kata ku. “ayo masuk dulu”. Aku pun masuk ke rumah bos ku itu yang ternyata adalah orang yang dimaksud oleh wanita hantu itu. Aku mengetahui nya setelah aku menceritakan semua kejadian yang telah terjadi pada ku selama 2 malam ini.
Aku pun menyarankan kepada bos ku itu untuk secepat nya membeli tanah tempat kontrakan ku itu agar tante nya yang telah meninggal bisa tenang di alam sana.
Kemudian, keesokan hari nya dia membeli tanah itu dan menyuruh ku untuk sementara tinggal di sana. Ya, aku sebenar nya bingung karna aku harus mencari kontrakan baru lagi. Tapi biar lah, inikan demi ketenangan bersama, benakku.
Malam pun tiba, aku tahu wanita itu akan datang lagi. Aku pun menunggu nya lagi di teras rumah ditemani kopi panas, tapi tanpa biskuit. Dan seperti biasa, listrik pun padam lagi. Aku langsung duduk di ruang tengah rumah itu. Dia pun datang, dan berterima kasih kepada ku dan meminta tolong lagi untuk mengembalikan arwah nya kembali ke kuburan nya yang berada tidak jauh dari rumah kontrakan ku itu.
Aku pun berjalan di belakang nya yang menuntun jalan ku menuju tempat pemakaman keluarga nya. Ya, aku sedikit ngeri dengan suasana di pekuburan itu tapi aku masabodo. Aku membawanya menuju kuburan dengan batu nisan yang sudah mulai kusam,seperti sudah bertahun-tahun tidak di urusi.’Indah lestari binti khairuman’ begitu tertulis di sana. Kemudian, tanpa sadar aku telah berada di ruang tengah rumah kontrakan ku dengan akte tanah bertuliskan nama ku di atas meja bundar di depan ku.
Jramadhani rizqieJ